Renung Rakum
Dipojok kereta ekonomi malam
ini, tersirat wajah-wajah lelah pucat pasi atas pengorbanan dari kepuasan hati.
Ya kami lah gerombolan serdadu yang katanya berusaha mendaki sang mahameru.
Mahameru, nama yangg terdengar
kokoh menerjang langit-langit kota malang. Yang membuat kami tergopoh dalam
gelap dan menarik nafas sengau kami, hingga meredam ego atas munafik dan kebiasan
makna hidup.
Diiringi "derau dan
kesalahan" saya termenung menatap ini.
Bahwa sesuatu yang sederhana
ternyata lebih bermakna. Dan yang bermakna maka sederhana adanya. Karena rasa
adalah kepuasan dan karena kami hormat akan jiwa2Nya.
Menghirup nafas anugrah, dalam
waktu yang tak pasti. Selamanya cinta adalah segala. Melawan hati hanyalah
nista dan kebodohan. Dengan kau, kita, mereka dan itu semua akan berjalan, tapi
aku hanya akan berjalan dengan cintamu sayang.
Selamanya-selamanya.